Rabu, 23 Juni 2010

" Bentuk dan pola arsitektur di era pan-cosmism "

Era pan-cosmism merupakan era dimana manusia “ masih “ merasa dirinya merupakan bagian dari alam tempat dirinya bernaung. Pada masa ini manusia memiliki ikatan yang sangat erat terhadap alam, karena alam dipandang sebagai sistem yang stabil, teratur, harmonis dan berdaur ulang. Segala hal yang terkandung dalam alam dianggap sakral, tidak boleh dieksploitasi untuk kepentingan manusia semata. Manusia harus memahami pola gerak dan perkembangan alam, serta bertindak penuh tanggung jawab dalam batas-batas tersebut.

Apabila melihat dari segi arsitektur yang berkembang pada masa itu, yang paling memiliki kesesuiaian adalah arsitektur kosmologis, kosmologis adalah bersifat atau berhubungan dengan kosmologi (ilmu cabang astronomi yang menyelidiki asal usul, struktur dan hubungan ruang dan waktu dari alam semesta); ilmu tentang asal usul kejadian bumi, hubungannya dengan sistem matahari dan jagad raya; ilmu (cabang dari metafisika) yang menyelidiki alam semesta sebagai sistem yang beraturan (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Ciri arsitektur kosmologis biasanya terlihat pada bentuk dan pola arsitektur tradisional. Selain berkaitan erat dengan alam, arsitektur kosmologis juga berkaitan erat dengan penghormatan kepada Tuhan sebagai pencipta alam. Contohnya, arsitekur Bali, Arsitektur tradisional Bali memiliki konsep-konsep dasar dalam menyusun dan memengaruhi tata ruangnya, diantaranya adalah:

a. Orientasi Kosmologi atau dikenal dengan Sanga Mandala

Sanga Mandala merupakan acuan mutlak dalam arsitektur tradisional Bali, dimana

Sanga Mandala tersusun dari tiga buah sumbu yaitu:

· Sumbu Tri Loka : Bhur, Bhwah, Swah; (litosfer, hidrosfer, atmosfer)

· Sumbu ritual : Kangin (terbitnya Matahari) dan Kauh (terbenamnya Matahari)

· Sumbu natural : Gunung dan Laut

b. Keseimbangan Kosmologi, Manik Ring Cucupu

c. Hierarki ruang, terdiri atas Tri Loka dan Tri Angga

Konsepsi Tri Hita Karana yang mengatur keseimbangan antara manusia sebagai bhuana alitdengan bhuana agung (alam semesta). Dalam kehidupan sehari-hari konsepsi ini, diwujudkan dalam ketiga unsur tunggal yang tercermin pada wadah interaksinya, yaitu pola rumah dan desa yang memenuhi ketiga unsur tesebut (Kaler, 1983:44).

Konsepsi Tri Angga yang mengatur susunan unsur-unsur kehidupan manusia di alamnya/lingkungan fisik, yaitu; utama angga, madya angga, dan nista angga. Dalam kehidupan sehari-hari tercermin dalam hirarkhi tata nilai rumah maupun desa. Suatu adat atau kebiasaan yang juga memperlihatkan adanya keseimbangan hubungan manusia dengan alam, manusia dengan sesama dalam perhitungan ergonomis dan estetika bentuk bangunan adalah konsepsi Asta Kosala-Kosali dan Asta Bumi. (Astika, 1986:7).


Dalam penataan ruang pada konsep arsitektur Bali, masih mempertimbangkan orientasi alam ( gunung dan laut ) sebagai dasarnya, hal ini membuktikan adanya keselarasan antara alam dengan konsep arsitektur tradisional Bali.


Contoh lain, arsitektur Toraja, sebuah kelompok etnik yang tinggal disebelah utara propinsi Sulawesi Selatan, mempunyai bentuk arsitektur tradisional yang unik dan indah, yang merupakan ekspresi dari "Aluk Todolo", agama dan "way of life" nya. Pemikiran kosmologi dan "Aluk Todolo"diekspresikan dalam arsitektur Toraja, baik dalam tata letak (site plan), orientasi, konstruksi, material bangunan,detail, ornamen dan aspek-aspek arsitektur lainnya.


Dari sedikit contoh diatas, sudah mulai bis terlihat bahwa pada masa pan-cosmism bentuk dan pola arsitektur yang tercipta tidak bisa lepas keterkaitannya dengan alam setempat dan penghormatan kepada Tuhan, dan itu terlihat hampir pada semua arsitektur tradisional yang ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar